Halaman

Sabtu, 20 Oktober 2012

Gua cinta (peraturan) lo CERPEN RIFY REPOST

Ini cerpen faforit saya
punya ka prima aulia ynag penulis cerbumg 3 kisah saudara *benergaktuhtulisannya*
menurut saya ini cerpen nya keren
buat kak prima izin copas ya 

Pak! Cepetan, Pak!!” seru Ify.

Saat ini Ify sedang panik-paniknya di mobil karena hari ini dirinya bangun kesiangan. Itu semua disebabkan oleh tidurnya yang terlalu malam karena ingin menyelesaikan novel favoritnya.

“Iya, Non! Bentar lagi nyampe!” kata Pak Oni.

“Aduuh! Cepeet! Jalannya kok kayak keong banget sih!!”

“Aduh! Jangan goyang-goyangin pundak saya dong, Non! Kan saya jadi gak bisa konsen nyupir!”

“Makanya cepetaan!!”

“Kalo cepet-cepet nanti ditilang sama polisi Non!”

Ify hanya pasrah saja, biasanya dia memang malas ke sekolah, tapi berhubung hari ini ada ulangan Fisika, mau tidak mau ia harus masuk sekolah. Alyssa Saufika Umari, atau yang biasa dipanggil Ify ini bersekolah di SMA Nusa Bangsa dan duduk di kelas XI IPA 3.

Tanpa disangka-sangka di kawasan yang sudah mendekati wilayah sekolahnya, tiba-tiba terjadi kemacetan akibat ada sebuah kecelakaan kecil. Ada motor tabrakan dengan motor lainnya. Ify melirik jam tangannya, jam tujuh kurang sepuluh. Dan sekarang yang menjadi masalahnya, jarak antara sekolah Ify dengan jalan ini berkisar 500 meter. Ify sudah tidak bisa diam di tempat duduknya.

“Pak Oni! Klaksonin aja!” suruh Ify.

“Mau diklaksonin juga gak bakal bisa jalan, Non Ify!”

“Terbang deh, Pak mobilnya!”

“Emang pesawat, Non!”

“Kecilin aja deh mobilnya!”

“Disini gak ada Doraemon, Non!”

“Aduuh, gimana dong??” seru Ify panik.

“Mendingan Non Ify lari aja sampe sekolah, Non. Gak jauh kok, cuma 500 meter lagi!”

Mata Ify melotot.

“500 meter dibilang cuma?? Ya, ampun Pak Oni! Itu lumayan jauuh!”

“Daripada telat Non! Mana disini kan gak ada tukang ojek!”

Ify berpikir dulu sejenak, dan akhirnya ia menerima usulan Pak Oni.

“Yaudah deh, Pak, saya jalan aja!” Ify membuka pintu mobilnya dan keluar dari mobil.

Pak Oni membuka jendela mobil.

“Hati-hati ya, Non!”

Ify mulai berlari menuju sekolahnya, belum-belum hari ini ia sudah merasakan olahraga, yaitu sprint menuju sekolahnya. Jaraknya dengan sekolah tinggal setengahnya lagi. Ify sudah mulai merasa kelelahan, ia berhenti sebentar untuk mengelap keringatnya.

“Aduh, gila! Gini nih kalo gue jarang olahraga…” gumam Ify.

Tiba-tiba sebuah motor melintas dengan kecepatan yang sangat cepat melewati sebuah kubangan yang cukup besar yang ada di samping Ify.

BRUUUSHH!!

Ify menganga, lagi-lagi kesialan terjadi padanya. Cipratan kubangan yang dibuat oleh motor itu tepat mengenai baju seragam Ify. Sekarang warnanya sudah bukan putih polos lagi, melainkan sudah menimbulkan corak warna coklat yang besar, belum lagi yang ada di roknya. Otomatis, Ify menggerutu kesal.

“Dasaar orang gilaaa!! Nyebeliin!!” geram Ify.

Ify melihat jam yang ada ditangannya.

“Ya, ampuun! Lima menit lagi!!”

Ify langsung berlari dengan cepat menuju sekolahnya.

***

SMA Nusa Bangsa

Kesialan yang ketiga kalinya. Pintu gerbang sudah ditutup. Ify hanya merengut kesal dan badannya menjadi lemas. Seandainya Ify tak memaksakan untuk menyelesaikan membaca novel malam itu, hari ini tidak bakal terjadi kesialan tiga kali berturut-turut seperti ini. Ya, memang benar, penyesalan selalu datang belakangan, itu yang dirasakan Ify sekarang. Ify hanya bisa merengek di depan pagar ke Pak Joe, satpam sekolahnya yang sedang menyesap kopi sambil membaca Koran.

“Pak, plis Pak, bukain, saya ada ulangan fisika nih, Pak…” rayu Ify.

“Gak boleh! Peraturan tetap peraturan!” tolak Pak Joe.

“Ntar saya beliin gorengan deh, Pak. Kalo perlu sama abangnya sekalian saya beliin!”

“Kamu mau melawan saya yaa??” Pak Joe menghampiri gerbang sekolah.

“Lah, siapa yang ngelawan? Bapak sendiri yang kayak mau nyari ribut…” kata Ify ngeles.

“Heuh, dasar anak jaman sekarang!” gerutu Pak Joe.

“Pak Joee!!” panggil seorang guru dari kejauhan.

“Ada apa, Pak?” tanya Pak Joe.

“Ikut saya sekarang!”

“Ngapain kamu masih disini? Bukannya pulang? Awas kamu kalo diem-diem masuk,” kata Pak Joe.

Pak Joe pun pergi mengikuti salah seorang guru tersebut menuju ke suatu tempat. Tiba-tiba muncul ide di benak Ify.

“Maaf, ya Pak. Sayang saya belum mau pulang, nih, lagian saya juga mau masuk diem-diem…” gumam Ify sambil mencoba memanjat pagar.

Untung saja dia memiliki kemampuan untuk memanjat pohon. Ify bukanlah gadis yang terlalu feminim, mungkin dimata orang Ify terlihat sangat feminim, dengan penampilannya yang sangat girly. Tapi tanpa disangka-sangka, saat kecil, Ify sering banget yang namanya manjat pohon tetangga bersama teman-teman cowoknya. Meskipun Ify suka sekali yang namanya manjat pohon ataupun permainan anak laki-laki, seiring berjalannya waktu, jiwa sebagai perempuannya semakin hari semakin keluar (??).

“HUP!”

Ify berhasil memanjat gerbang sekolah dengan sukses, ia tersenyum menang.

“Haha, jangan anggap remeh Alyssa Saufika Umari ya!” gumam Ify.

Ify berbalik badan, tapi tiba-tiba…

BUUKK!!

Ify menabrak seseorang, akhirnya ia tersungkur di bawah.

“Aduuh, sakiiit…” ringis Ify. Ify mendongak keatas, matanya melotot. Seseorang yang tak ingin ia temui sudah berdiri di depannya.

“Sial! Bisa-bisanya gue ketemu sama undang-undang berjalan, gue lupa setiap jam pertama, dia keliling cari korban perlanggaran,” gumam Ify sambil mencoba untuk berdiri.

“Lo ngomong apa tadi??” tanyanya.

“Nggak, tadi adaa…tadi adaaa…” Ify mencoba untuk ngeles, tapi bingung harus berkata apa.

“Ada apaa??”

“Liat! Ada Pak Kepala Sekolaah!! Pagi Paaak!!” seru Ify sambil menunjuk kearah belakang orang tersebut.

Orang itu langsung berbalik dan memberi hormat kepada ‘kepala sekolah’.

“Pagi, Paak!!”

Laki-laki itu terbelalak, tidak ada kepala sekolah di depannya, dia baru sadar jika ia dibohongi oleh Ify. Laki-laki itu menggeram, dan membalikkan badan. Sayang, Ify sudah raib entah kemana.

“Dasar cewek ituu!!”

Laki-laki itu berlari mencari Ify kesana kemari.

***

Ify terus-terusan berlari menuju kelasnya yang lumayan jauh dari gerbang sekolah, kelasnya terletak di pojok belakang sekolah. Ify sesekali menengok kebelakang, meyakinkan bahwa undang-undang berjalan tidak mengejarnya.

“Woi!! Tunggu lo!!!”

Ify melotot, laki-laki itu mengejarnya dengan kecepatan penuh, layaknya elang mengincar mangsanya. Ify menambah kecepatan lainya, tapi mau bagaimana lagi kemampuan berlari laki-laki memang paling cepat dibandingkan perempuan, alhasil Ify tertangkap. Laki-laki itu menangkap tangan Ify.

“Aduh! Lepasin sakiit!!” seru Ify.

“Gak bakal gue lepasin!!”

“Kak Rio lepasin, ah! Gue bilangin Pak Duta nih, supaya ngasih hukuman ke elo!”

“Haha, ngasih hukuman ke gue?? gak bakal! Sori, gue penegak peraturan di sini! Gue adalah cerminan pelajar yang taat pada peraturan, adanya juga elo yang bakal dikasih hukuman sama Pak Duta, Alyssa!” seru orang yang bernama Rio sambil menoyor kepala Ify. Ify hanya menggerutu kesal.

“Lo kasih keringanan buat gue sekali ajaa, gue kan tetangga lo, Kak, ntar siang gue traktir makan deeh, pliis, gue ada ulangan fisika nanti jam ke 3…” rayu Ify.

“Rules are rules you must obey the rules, Fy! Gue tahu kita tetanggaan, tapi yang namanya peraturan gak ada tuh yang namanya tetanggan!” tolak Rio.

“Plis, Kak Mario Stevano Aditya Haling yang cakeeep banget,” kata Ify sambil memasang wajah melas.

“Gak bisa!” seru Rio. Rio mengeluarkan sebuah buku catatan kecil dari dalam saku celananya dan menuliskan sebuah catatan kecil. Ify mencoba untuk kabur, tapi…

“Ehm, kabur gue gorok lo!” ancam Rio.

Ify hanya menghela napas. Kemudian Rio memberikan sebuah kertas kecil, berisikan tentang catatan pelanggaran yang dilanggar oleh Ify, yaitu memanjat pagar sekolah.

“Udah kan? Cuma satu? Gue kekelas!”

“Tunggu dulu!”

“Apaan lagi?”

“Lo kira lo cuma ngelanggar satu peraturan ha? BANYAK TAUU!!” Teriak Rio.

Rio memberikan lima lembar kertas kecil lagi buat Ify.

“Hah? Lima pelanggaran?? Banyak banget!!”

“Satu, baju lo harusnya putih polos ya! Bukan ada coraknya!”

“Itu karena gue kecipratan becek!”

“Dua, rok lo diatas lutut!”

“Itu karena rok gue lagi dicuci yang dibawah lutut!”

“Tiga, lo gak pake gesper!”

“Itu karena gesper gue gak tahau ditaro dimana!”

“Empat, kaos kaki lo pendek!”

“Itu karena kaos kaki panjang gue basah!”

“Lima, lo udah ngerayu gue supaya gue ngebebasin elo dari hukuman!”

Ify melotot.

“Dih itu gak termasuk peraturan kaan? Lo itu seneng banget sih bikin gue menderita!! Lo itu…”

PLAAAK!!

Sebuah satu lembar kertas lagi mendarat dan tertempel didahinya layaknya vampire yang ditempeli kertas jimat di film-film Boboho.

“Pelanggaran apaan lagi ha?”

“Baca aja!”

Ify membaca kertas tersebut, pelanggaran karena telah membentak dan membangkang omongan Rio.

“Hei! Sepertinya lo salah, ini gak masuk peraturan sekolah yaa!!” seru Ify.

“Eit, pasal satu!!”

“Apaan pasal satu?”

“Penegak peraturan selalu benar,” jawab Rio enteng. Ify mangap.

“Tapi udah jelas-jelas lo salah!”

“Pasal dua! Jika penegak peraturan salah kembali ke pasal satu!” kata Rio sambil tersenyum menang.

“ARRRGGHH! Lama-lama gue gila kalo ketemu lo!!” geram Ify yang langsung berjalan gontai menuju kelasnya. Rio tertawa terbahak-bahak.

“Lo gak bisa lepas gitu aja dari gue, Fy…haha,” gumam Rio.

***

Kelas XI IPA 3

“Ya, ampun Ify…darimana aja lo? Abis maen di kubangan?” tanya Zevana, sahabat Ify sekaligus teman sebangku Ify.

“Errggh, pokoknya gue kesel sama Kak Rioo!!” geram Ify.

“Sabar, Fy!” kata Zevana.

“Liat nih!!”

Ify memperlihatkan enam lembar kertas pelanggaran yang berikan oleh Rio.

“Haha, mantep lu Fy, baru sehari udah dapet enam pelanggaran! Gue salut sama lo!” kata Zevana.

“Dih, bego banget sih lo! Harusnya kan lo simpati sama gue, sahabat lo yang paling cantik ini kena hukuman dari orang item!”

“Weish, gak pake cantik ya, Fy! Dan gak pake item!”

“Emang kenyataannya dia item kan?” tanya Ify.

“Tapi kan item manis, Fy, hehe…” kata Zevana cengengesan.

“Item sepet iya!” gerutu Ify.

“Hehe sabar aja deh, Fy, jadi nanti lo bakal ngadep Pak Duta?” tanya Zevana. Ify mengangguk.

“Iya, sial banget kan gue, mana baju gue jadi ada corak-corak gini lagi, gak bagus banget,” keluh Ify.

“Gara-gara siapa sih?” tanya Zevana.

“Tau, awas aja kalo gue tahu siapa orangnya, gue bakal bejeg-bejeg tuh orang!” geram Ify.

“Ssst, udahan ah, tuh Bu Mira dateng,” kata Zevana.

***

Pulang Sekolah

Ify berjalan secara mengendap-endap menuju gerbang sekolah. Ify melakukannya karena tentu saja dia tak mau bertemu dengan undang-undang berjalan yang bernama Mario Stevano itu. Supaya Rio tidak bisa mengenalnya, Ify meminjam jaket spongebob bercapuchon milik Zevana, Tinggal beberapa meter lagi Ify sampai di depan gerbang sekolah. Ia menengok kekanan dan kekiri. Aman. Tidak ada si undang-undang berjalan. Ify sudah bersiap-siap untuk lari, tapi tiba-tiba… tas ranselnya ditarik oleh seseorang dari belakang, akibatnya Ify yang sudah siap-siap untuk berlari tertarik ke belakang dan tersungkur di bawah.

“Aduuh…” ringis Ify.

“Mau coba kabur yaa??”

Ify mendongak keatas, Rio sudah melipat tangannya di dada dan tersenyum menang.

“Kalo iya kenapa?” tanya Ify.

Tanpa menjawab pertanyaan Ify, Rio langsung mengambil buku catatan kecil, menulis sesuatu, merobek kertasnya, dan menempelkannya di dahi Ify.

“Heh! Lo kira gue vampir!” seru Ify.

“Berarti kalo diitung-itung, hari ini lo udah bikin rekor di sekolah, pelanggar peraturan terbanyak, berjumlah tujuh pelanggaran, ayo ikut gue ke Pak Duta!” Rio langsung menarik tangan Ify.

“Aduh! Sakit! Pelan-pelan dong!!” gerutu Ify.

Rio membawa Ify keruang guru, menghadap ke Pak Duta.

“Permisi, Pak…” ucap Rio.

Seorang guru yang sedang membaca Koran olahraga, mendengar suara seorang murid yang sudah berada di depan mejanya. Guru tersebut melipat korannya dan menaruh di atas meja, guru berkumis hitam lebat yang bernama Pak Duta tersebut melihat Rio membawa salah seorang murid perempuan.

“Ada apa, Mario?”

“Saya membawa murid yang bermasalah, Pak,” jawab Rio.

“Adanya juga otak lo yang bermasalah!” seru Ify. Rio langsung membekap mulut Ify supaya tidak lagi berkicau.

“Ada apa dengan Alyssa, Mario?”

“Bayangin, Pak! Dia udah bikin tujuh pelanggaran! Pertama bla…bla..bla…kedua bla…bla…bla…” Rio terus-terusan nyerocos di depan Pak Duta tanpa ada jeda titik ataupun koma. Pak Duta hanya mengangguk-angguk saja meskipun terlihat di raut wajahnya, dia sama sekali tidak mengerti apa yang Rio katakan.

“Gitu, Pak!!” seru Rio.

“Sumpah, gue gak ngerti sama yang lo omongin…kayak shinkansen lo!” seru Ify.

“Bacot!”

“Jadi intinya?” tanya Pak Duta sambil membetulkan kacamata tebalnya.

“Alyssa udah bikin tujuh pelanggaran, Pak!! TUJUH!! GAK NYANTE PAK!!”

Ify menutup kuping akibat suara Rio yang sudah seperti bebek nelen kaleng rombeng.

“Tujuh? Wah, baru kali ini saya nemuin murid dalam sehari bisa melanggar tujuh peraturan, ckck…” Pak Duta berdecak kagum.

“Sebenernya lima, Pak, tapi ini kunyuk satu aja Pak yang lebay! Ngomong-ngomong hebat kan saya, Pak? Bisa ngalahin rekor terdahulu yang sehari bikin tiga pelanggaran, saya tujuh pelanggaran haha,” kata Ify.

“Memang hebat kamu, Alyssa!” puji Pak Duta. Rio mangap.

“Lah? Pak! Yang ada tuh dia dihukum, Pak! Bukan dipuji!!” kata Rio.

“Eh, oiya!! Alyssa kamu dihukum, bersihin WC dan ngepel lantai, sekaraang sampai satu minggu kedepan!!”

“WHAT??? SEKARANG SAMPAI SEMINGGU KEMUDIAN?? SENDIRIAN??” Teriak Ify.

“Gak sendirian, tapi kamu dibantu oleh Mario!”

“HAH? KOK SAYA TERLIBAT, PAK!!”

“Kamu gak kasian apa sama dia? Sekalian kamu awasin dia kerja, daripada kabur, kamu ini kan penegak peraturan, saya sangat percaya sama kamu, Mario Stevano Aditya Hilang, eh salah Haling,” kata Pak Duta sambil menyesap kopi tubruk favoritnya. Rio menggerutu kesal.

“Ah, gara-gara lo sih, gue ikut-ikutan kena sial!!” keluh Rio.

“Kenapa nyalahin gue? muka lo udah sial dari sananya! Terima aja nasib lo!” balas Ify.

***

“Kerja yang beneer, jangan bisanya ngeluh doang…”

“Bawel lo!”

Saat ini Ify sedang menjalankan hukuman dari Pak Duta, yaitu mengepel lantai kooridor sekolah. Sedangkan Rio yang harusnya membantu Ify malah duduk santai sambil membaca komik Bleach kesukaannya.

“Heh! Bukannya lo disuruh bantuin gue juga??” tanya Ify nyolot.

“Iya, sih, tapi lo tahu sendiri, gue ada kerjaan yang gak bisa gue tunda,” jawab Rio enteng.

“Apaan?”

“Ya, yang lo liat ini!” seru Rio sambil mengangkat komiknya.

“Heh! Jelek, baca komik lo bilang kerjaan yang gak bisa lo tunda??” tanya Ify nyolot. Ify langsung menghampiri Rio dan merampas komik Rio.

“Eh, apa-apaan lo!!” seru Rio.

“Lo gak boleh baca komik sebelum bantu gue!” suruh Ify.

“Ada hak apa lo, bisa nyuruh-nyuruh gue seenak jidat lo itu??” Rio nyolot sambil menoyor dahi Ify.

“Gue itu penegak peraturan sekolah, dan lo? Lo itu pelangggar peraturan sekolah, yang ada jug ague nyuruh lo dan ngawasin lo!” tutur Rio. Ify manyun dan meneruskan hukumannya.

Beberapa menit kemudian…

“Gue udah selesai!”

Rio melihat kesekeliling lantai kooridor sekolah. Bukannya tersenyum senang karena bersih, Rio malah menatap Ify tajam.

“Kenapa lo?”

“LO ITU BEGO ATO ODONG SIIH??” Teriak Rio di kuping Ify.

“Kok lo malah teriak dikuping gue siih??” keluh Ify.

“Liat tuh! Apaan yang bersih!!” kata Rio. Ify melihat bahwa lantai yang di pel olehnya terdapat jejak sepatu yang Ify gunakan.

“Lah? Kok kotor lagi sih? Tadi kan udah bersih!” seru Ify.

“Sampe akhir jaman lo ngepel juga gak bakalan bersih nih lantai!!”

“Kok gitu?”

“Gini ya, gue kasih tahu! Orang tuh kalo ngepel adanya tuh dari depan ke belakang! Bukan dari belakang ke depan!!!”

“Iya, ya?” tanya Ify polos. Saking kesalnya Rio langsung merebut tongkat pel yang dipegang Ify.

“Nih gue tunjukkin cara ngepel yang bener!” Rio menerangkan panjang lebar tentang cara mengepel lantai (??).

“Ngerti gak?” tanya Rio.

“Kurang ngerti, lo ngomong kayak shinkansen, terangin lagi dong!”

Rio pun menerangkan lagi ke Ify. Sebenarnya Rio tidak sadar bahwa dia sedang dikerjai Ify. Ify beralasan bahwa ia tidak mengerti supaya Rio terus mencontohkan cara mengepel lantai sampai lantai itu bersih dan Ify gak akan ngerjain lagi.

“Udah ngerti kan? nih lo terusin lagi!” seru Rio sambil memberikan tongkat pelnya.

“Ngapain? Orang udah bersih kok, lagian lo bego juga sih mau dikibulin sama gue!” kata Ify.

Rio melihat ke sekeliling lantai kooridor. Memang benar, sekarang lantai sudah bersih karena kerja Rio.

“IFYYY!!!!”

***

WC sekolah

Dengan sangat amat terpaksa Ify meneruskan hukuman yang selanjutnya yaitu membersihkan WC. Sambil menutup hidungnya, Ify mencoba untuk menyikat kloset.

“Kak Riooo, bauu…” rengek Ify.

“Gue gak mau bantuin, ntar lo manfaatin gue lagi,” tolak Rio.

“Aduh, anak satu sekolahan makan apaan sih? Makan bangkai tikus? Kok baunya amit-amit banget!” keluh Ify.

“Auk, udah ah jangan ngeluh terus, jelek muka lo!”

“Ngeek, kayak lo gak jelek aja!” gerutu Ify.

Ify meneruskan pekerjaan laknatnya itu, tapi tiba-tiba…

BRUUKK

Rio yang sedang membaca komik terkejut mendengar suara tersebut. Rio bangkit dari duduknya dan melihat kedalam.

“Ya, ampun Ify! Lo gak papa?” tanya Rio. Rio melihat Ify tergeletak di lantai, ia meringis kesakitan akibat terpeleset.

“Aduh, kaki gue sakit, Kak…” keluh Ify sambil memegang pergelangan kaki kanannya.

“Gue bawa lo ke UKS ya,”

Rio mencoba menggendong Ify dan membawanya ke UKS. Jantung Ify berdetak kencang, baru kali ini ia bisa melihat Rio dari dekat. Ify merasa bahwa Rio terlihat sangat…keren, banyak perubahan yang terjadi di Rio. Rio menjadi lebih tinggi, kekar, dan kuat, Ify baru menyadarinya. Karena selama ini Ify melihat Rio sebagai Rio yang dulu, Rio yang masih setinggi dengannya, Rio yang masih kecil. Tapi sekarang ia lihat adalah Rio yang dewasa, Rio yang bukan anak kecil lagi.

Rio mengobati luka di kaki Ify. Muka Ify memerah.

“Makanya kalo kerja hati-hati, jangan teledor, jadinya kayak gini kan?”

“Maaf…”

“Sini biar gue yang terusin kerjaan lo,” kata Rio.

“Ng…nggak usah!” tolak Ify.

“Gak papa, lo tunggu sini aja,” kata Rio.

Untuk pertama kalinya Ify melihat sisi lain seorang Mario. Rio terlihat sangat perhatian dan baik padanya, tidak seperti dulu ataupun siang tadi. Yang selalu Ify liat adalah sosok Rio yang nyebelin, bawel, dan selalu cari ribut dengannya.

Setengah jam kemudian, Rio kembali ke UKS.

“Pulang yuk, gue anterin,” ajak Rio.

“Nggak, ah. Gue gak mau, gue bisa pulang sendiri!” seru Ify.

“Bego, lo kan sama gue tetanggaan, mending gue anterin pulang, cepetan! Gue udah bawain tas lo!” seru Rio. Ify hanya manyun.

“Sini gue bantu jalan,” Rio menarik tangan kanan Ify ditaruh melingkar dipundaknya dan tangan kiri Rio sendiri memegang pinggang Ify. Mereka berjalan dalam keadaan seperti itu sampai parkiran. Perasaan Ify pun mulai jadi tak karuan. Ia merasa sangat amat grogi.

Sesampainya di parkiran Rio mengeluarkan motor Honda Tigernya, dan menaikinya. Rio menatap Ify dengan tatapan ini-anak-bego-apa-odong-susah-banget-dibilangin-dari-tadi sejenak sambil mendesah.

“Naik!”

“Iyaiya…” Ify pun naik ke motor Rio.

“Fy,”

“Hm?”

“Pegangan! Lo mau nyusruk apa ke got!”

“Pegangan dimana?”

“Di kepala lo! Di badan gue!!” Rio udah mulai emosi.

Dengan terpaksa Ify memegang bahu Rio. Tiba-tiba tangan Rio menarik tangan Ify dan menaruhnya di perutnya. Rio menstarter motornya dan mulai meninggalkan sekolah yang mulai larut.

***

“Kak Rio, thanks…” kata Ify.

“Yaaa…sama-sama…gue pulang,” jawab Rio.

Ify berjalan dengan pelan menuju depan pintu rumahnya, kakaknya, Alvin membuka pintu rumah dan melihat Ify dengan terbelalak.

“Napa lo, Fy?” tanya Alvin.

“Gue kepeleset di sekolah,” jawab Ify enteng.

“Ha? Kepeleset? Emang ngapain lo? Joget-joget?” tanya Alvin setengah bercanda.

“Ih, apaan sih lo, Kak! Bantuin gue jalan dong sampe kamar!”

“Haha oke,” Alvin membantu Ify berjalan menuju kamarnya.

***

“Kok Kak Rio sekarang ganteng banget siih!!” gumam Ify yang geregetan sendiri di kamarnya. Jika mengingat tentang Rio. Mukanya semakin lama semakin memerah.

“Wah, beneran nih gue mulai suka sama Kak Rio, tapi guee…gue gengsi ngakuinnya apalagi sama Zevana, jelas-jelas tadi pagi gue bilang gue benci banget sama dia, apalagi ngaku ke Kak Rio, bikin reputasi gue jatoh,”

“Ahh, udahlah gak usah dipikirin…”

***

Sejak insiden pelanggaran Ify dan hukuman yang dilaksanakan selama satu minggu, Rio dan Ify semakin dekat, Rio semakin baik pada Ify. Ify pun makin suka Rio. Yang dulunya Rio tak mau membantu hukuman Ify, sekarang malah dia yang menawarkan diri buat membantunya.

Di kelas

“Fy?” tanya Zevana.

“Hm?”

“Lo sekarang sering bareng sama Kak Rio ya?” tanya Zevana. Ify yang sedang minum tersedak.

“Ha? Apaan? Lo liat dimana?”

“Lo lupa? Kalo mau kerumah lo harus lewat komplek perumahan gue kan?” tanya Zevana balik.

“Eng…itu cuma terpaksa, Pak Oni gak bisa jemput gue, lagian gue juga males bareng sama dia, gak ada yang lain aja!” Ify sewot.

Zevana hanya mengangguk saja, sedangkan Ify mulai bernapas lega. Ify gak mau Zevana tahu bahwa dia suka sama Rio. Pasti Zevana akan bilang bahwa Ify kena karma, dan omongannya gak sesuai dengan hatinya sendiri.

***

Setelah hari terakhir menjalankan hukuman selesai, Rio kembali lagi menawarkan diri untuk mengajak Ify pulang bareng.

“Fy, bareng aja ya,”

“Nggak ah, gue gak mau, gue gak mau ngerepotin elo,” tolak Ify.

“Ayo, Fy, gak ngerepotin kok, gue kan sekalian pulang,” kata Rio.

“Pokoknya gue gak mau, gue minta jemput sama kakak gue,” tolak Ify sekali lagi.

“Tumben-tumbenan lo minta jemput Alvin, lo gak mau bareng sama gue?”

“Yaiyalah, gue gak mau, gue bukan…gue bukan siapa-siapa lo! Kenapa sih lo maksa gue banget, nyebelin tau gak!” seru Ify. Rio terdiam.

“Gue tahu gue bukan siapa-siapa lo, tapi apa salahnya gue mau pulang bareng lo,” kata Rio.

“Lo mau, tapi gue nggak, gue gak mau ada yang nyangka kita…nyangka kita pacaran,” jawab Ify dengan nada terpaksa.

Rio mendesah pelan.

“Jadi intinya, lo gak mau pacaran sama gue?” tanya Rio.

“Ha?”

“Seandainya gue nembak lo, lo gak bakal mau nerima gue?” tanya Rio sekali lagi. Ify terdiam, dia maish tak percaya.

“Maksud lo, Kak?”

“Gue suka sama lo, Fy…” aku Rio.

Ify masih diam, napasnya tercekat.

“Jujur seminggu yang lalu, pas lo ngelanggar peraturan sekolah, gue seneng banget, soalnya gue bisa deket lagi sama lo, sejak masuk SMA lo sama gue gak sedeket dulu, lo lebih menjaga jarak sama gue. Gue suka sama lo sejak dulu, Fy…tapi begitu gue tahu isi hati lo sekarang, ternyata lo hanya nganggep gue orang nyebelin, atau mungkin pengganggu, gue lebih baik mundur, gue duluan,” Rio memakai helmnya dan pergi meninggalkan Ify sendirian.

Tiba-tiba air mata Ify menetes, ia menangis di depan gerbang sekolah. Ify merasa bersalah pada Rio karena telah mengatakan hal yang menyakiti hati Rio. Ia menyesali perkataannya.

“Fy? Lo kenapa?” tanya Alvin yang baru saja datang.

Ify masih tetap menangis. Alvin pun duduk disamping Ify.

“Lo ada masalah?” tanya Alvin. Ify mengangguk.

“Mending sekarang pulang aja deh, ntar lo cerita sama gue dirumah,” ajak Alvin sambil menggandeng tangan adik satu-satunya itu.

***

“Jadi cuma mau menjaga gengsi, lo ngomong kayak gitu, Fy?” tanya Alvin tak percaya. Ify mengangguk.

“Sumpah, gue gak nyangka ya sama lo, lo gak kasian apa sama Rio? Rio itu sayang banget sama lo, hanya gara-gara gak mau ketahuan sama Zevana dan gengsi lo sampe nyakitin hatinya dia, dimana otak lo, Fy??”

“Maaf…” Ify menangis lagi.

“Seandainya lo jadi Rio, lo pasti sakit hati juga kan? Jujur dong sama diri lo sendiri, sama Rio, ataupun sama anak-anak yang lain, kalo lo suka dia gak perlu gengsi, gak perlu malu, lo pikirin itu dulu,” tutur Alvin. Ify diam saja.

***

Sudah beberapa minggu Rio dan Ify tak bertegur sapa, Ify yang melanggar peraturan menskipun satu peraturan, dihiraukan oleh Rio sedangkan anak yang lain, diberi peringatan. Ify mengerti bahwa Rio sedang mencoba untuk menjauhinya.

“Fy, gue heran sama lo, dulu lo deket banget sama Kak Rio gara-gara ngelanggar peraturan, sekarang lo jadi jauh banget sama dia, kenapa sih lo?” tanya Zevana. Akhirnya Ify mencoba untuk jujur pada Zevana.

“Gue dijauhin sama dia…” gumam Ify.

“Kok bisa?”

“Gue nolak dia, udah gitu gue udah ngomong yang gak enak sama dia,”

“Kok lo bego sih?” tanya Zevana.

“Iya, emang gue bego! Gue gak nerima dia karena gengsi gue! gengsi gue yang muncul gara-gara lo,”

“Kok jadi ke gue sih?”

“Waktu itu gue bilang kalo gue banget sama dia, gak mungkin kan tiba-tiba gue bilang gue suka sama dia, yang ada gue di mata lo itu jatuh banget, lo bakal ngetawain gue,” kata Ify.

“Jadi lo suka sama Kak Rio?”

“Iya, gue suka,”

“Lo bener-bener bego, ngapain juga gue ngetawain lo, kenapa lo gak bilang sama gue, dasar ini anak cuma gara-gara gengsi sama gue lo bela-belain nolak Kak Rio, nyesel kan lo sekarang?” tanya Zevana.

“Iya, gue nyesel,” kata Ify.

“Sekarang lo ngomong sama Kak Rio baik-baik, gak usah pikirin gengsi lo lagi, jangan pikirin apa kata gue atau temen-temen yang tahu kalo lo benci banget sama dia, lo harus jujur sama dia, gue dukung lo seratus persen!” seru Zevana sambil mengacungkan ibu jarinya. Ify tersenyum.

“Thanks, Zev, gue cari Kak Rio dulu!” Ify langsung beranjak dari tempat duduknya dan berlari keluar.

“Dasar, tuh anak bener-bener aneh bin ajaib,” gumam Zevana.

***

Rio sedang duduk sendirian di pekarangan sekolah, sambil mendesah berulang kali. Ia masih kecewa akan perkataan Ify.

“Kak Rioo!!”

Rio menoleh kebelakang, Ify sedang berlari menuju kearahnya (kakinya Ify udah gak terkilir lagi lho). Tumben-tumbenan Ify menemuinya.

“Kak, gue mau minta maaf gue salah banget sama lo, gue udah ngomong yang gak enak sama lo,” tutur Ify.

Rio masih diam saja.

“Gue tahu lo masih benci sama gue, gue terima karena itu emang kesalahan gue sendiri, tapi gue cuma pengen lo tahu, gue…suka sama lo,”

Rio masih terdiam, bukan karena sengaja, tapi karena dia memang tak bisa berkata apa-apa.

“Gue minta maaf, gue cuma gak mau gengsi, gue jadi bohong sama diri gue sendiri, maafin gue…” gumam Ify lirih.

Rio mendekati Ify secara perlahan-lahan, Ify mendongak ke atas melihat mata Rio. Tiba-tiba…

“BEGO!!!”

Ify cengo.

“Dasar anak bego!! Gara-gara cuma gak mau gengsi, lo gak mau ngakuin kalo lo suka sama gue? kenapa gue bisa suka sama lo sih,” keluh Rio.

“Kok lo gak marah sama gue sih?”

“Gue gak bisa marah sama lo, sori…” kata Rio.

Ify tersenyum. Kemudian Ify melihat Rio mengeluarkan catatan kecilnya dan menulis sesuatu, dirobek dan diberikan ke Ify.

“Apaan nih?”

“Baca aja,”

Ify membacanya. Ify mangap.

“Pelanggaran?? Emang gue bikin lo sakit hati itu termasuk pelanggaran sekolah? Gila aja nih sekolah!” seru Ify.

“Bukan melanggar peraturan sekolah, tapi melanggar peraturan yang gue buat sendiri…yang hanya berlaku buat lo,” kata Rio enteng.

“Kenapa cuma buat gue doang? Kok gitu, gue gak terima!!” tolak Ify.

“Eit! Inget! Pasal satu gue selalu benar, pasal dua, kalo gue salah, kembali ke pasal satu,” kata Rio. Ify manyun.

“Terus? Ada gitu hukumannya?” tanya Ify.

“Tentu saja!”

“Gue disuruh ngapain, jadi babu lo?”

“Gue yakin kalo lo denger hukuman dari gue, lo gak bakal mau nolak,” kata Rio cengengesan.

“Apaan?”

“Lo harus jadi pacar gue sekarang dan seterusnya, bukan seminggu, sebulan atau setahun,” kata Rio.

Ify tak percaya.

“Gimana? Pasti mau kan? lo kan suka sama gue, hehe…”

Ify mengangguk,

“Dengan senang hati gue terima hukuman dari lo,” kata Ify. Rio tersenyum.

“Thanks, Fy…”

Rio menggenggam tangan Ify dengan lembut dan pergi meninggalkan taman sekolah.

“Gue cinta banget sama lo, Fy,”

“Gue juga cinta banget…sama peraturan lo, hehe…” kata Ify.

“Kok cuma peraturannya aja?”

“Gue cinta banget sama peraturan lo soalnya hukuman kalo melanggar peraturan lo, gue bakal jadi pacar lo, hihi…” ujar Ify terkekeh.

“Dasar aneh lo!”

2 komentar:

  1. aaaaaaa ini cerpen favorit gue.. dari dulu gue buka google cuma mau baca cerpen rify yang temanya benci jadi cinta... keren nih keren.. lo yang nulis yaa..









    gue nitip link yaa.. kalau mau berkunjung juga boleh
    obat kista tradisional.
    obat pelangsing herbal
    terimakasih sebelumnya

    BalasHapus
  2. aaaaa... kerennn , nggak bosen bosen baca ni cerita . Bawaannya pengen ngakak mulu :V

    BalasHapus