Ini cerpen faforit saya
punya ka prima aulia ynag penulis cerbumg 3 kisah saudara *benergaktuhtulisannya*
menurut saya ini cerpen nya keren
buat kak prima izin copas ya
Pak! Cepetan, Pak!!” seru Ify.
Saat ini Ify sedang panik-paniknya di mobil karena hari ini dirinya bangun
kesiangan. Itu semua disebabkan oleh tidurnya yang terlalu malam karena ingin
menyelesaikan novel favoritnya.
“Iya, Non! Bentar lagi nyampe!” kata Pak Oni.
“Aduuh! Cepeet! Jalannya kok kayak keong banget sih!!”
“Aduh! Jangan goyang-goyangin pundak saya dong, Non! Kan saya jadi gak bisa
konsen nyupir!”
“Makanya cepetaan!!”
“Kalo cepet-cepet nanti ditilang sama polisi Non!”
Ify hanya pasrah saja, biasanya dia memang malas ke sekolah, tapi berhubung
hari ini ada ulangan Fisika, mau tidak mau ia harus masuk sekolah. Alyssa
Saufika Umari, atau yang biasa dipanggil Ify ini bersekolah di SMA Nusa Bangsa
dan duduk di kelas XI IPA 3.
Tanpa disangka-sangka di kawasan yang sudah mendekati wilayah sekolahnya,
tiba-tiba terjadi kemacetan akibat ada sebuah kecelakaan kecil. Ada motor
tabrakan dengan motor lainnya. Ify melirik jam tangannya, jam tujuh kurang
sepuluh. Dan sekarang yang menjadi masalahnya, jarak antara sekolah Ify dengan
jalan ini berkisar 500 meter. Ify sudah tidak bisa diam di tempat duduknya.
“Pak Oni! Klaksonin aja!” suruh Ify.
“Mau diklaksonin juga gak bakal bisa jalan, Non Ify!”
“Terbang deh, Pak mobilnya!”
“Emang pesawat, Non!”
“Kecilin aja deh mobilnya!”
“Disini gak ada Doraemon, Non!”
“Aduuh, gimana dong??” seru Ify panik.
“Mendingan Non Ify lari aja sampe sekolah, Non. Gak jauh kok, cuma 500 meter
lagi!”
Mata Ify melotot.
“500 meter dibilang cuma?? Ya, ampun Pak Oni! Itu lumayan jauuh!”
“Daripada telat Non! Mana disini kan gak ada tukang ojek!”
Ify berpikir dulu sejenak, dan akhirnya ia menerima usulan Pak Oni.
“Yaudah deh, Pak, saya jalan aja!” Ify membuka pintu mobilnya dan keluar
dari mobil.
Pak Oni membuka jendela mobil.
“Hati-hati ya, Non!”
Ify mulai berlari menuju sekolahnya, belum-belum hari ini ia sudah merasakan
olahraga, yaitu sprint menuju sekolahnya. Jaraknya dengan sekolah tinggal
setengahnya lagi. Ify sudah mulai merasa kelelahan, ia berhenti sebentar untuk
mengelap keringatnya.
“Aduh, gila! Gini nih kalo gue jarang olahraga…” gumam Ify.
Tiba-tiba sebuah motor melintas dengan kecepatan yang sangat cepat melewati
sebuah kubangan yang cukup besar yang ada di samping Ify.
BRUUUSHH!!
Ify menganga, lagi-lagi kesialan terjadi padanya. Cipratan kubangan yang
dibuat oleh motor itu tepat mengenai baju seragam Ify. Sekarang warnanya sudah
bukan putih polos lagi, melainkan sudah menimbulkan corak warna coklat yang
besar, belum lagi yang ada di roknya. Otomatis, Ify menggerutu kesal.
“Dasaar orang gilaaa!! Nyebeliin!!” geram Ify.
Ify melihat jam yang ada ditangannya.
“Ya, ampuun! Lima menit lagi!!”
Ify langsung berlari dengan cepat menuju sekolahnya.
***
SMA Nusa Bangsa
Kesialan yang ketiga kalinya. Pintu gerbang sudah ditutup. Ify hanya
merengut kesal dan badannya menjadi lemas. Seandainya Ify tak memaksakan untuk
menyelesaikan membaca novel malam itu, hari ini tidak bakal terjadi kesialan
tiga kali berturut-turut seperti ini. Ya, memang benar, penyesalan selalu
datang belakangan, itu yang dirasakan Ify sekarang. Ify hanya bisa merengek di
depan pagar ke Pak Joe, satpam sekolahnya yang sedang menyesap kopi sambil
membaca Koran.
“Pak, plis Pak, bukain, saya ada ulangan fisika nih, Pak…” rayu Ify.
“Gak boleh! Peraturan tetap peraturan!” tolak Pak Joe.
“Ntar saya beliin gorengan deh, Pak. Kalo perlu sama abangnya sekalian saya
beliin!”
“Kamu mau melawan saya yaa??” Pak Joe menghampiri gerbang sekolah.
“Lah, siapa yang ngelawan? Bapak sendiri yang kayak mau nyari ribut…” kata
Ify ngeles.
“Heuh, dasar anak jaman sekarang!” gerutu Pak Joe.
“Pak Joee!!” panggil seorang guru dari kejauhan.
“Ada apa, Pak?” tanya Pak Joe.
“Ikut saya sekarang!”
“Ngapain kamu masih disini? Bukannya pulang? Awas kamu kalo diem-diem
masuk,” kata Pak Joe.
Pak Joe pun pergi mengikuti salah seorang guru tersebut menuju ke suatu
tempat. Tiba-tiba muncul ide di benak Ify.
“Maaf, ya Pak. Sayang saya belum mau pulang, nih, lagian saya juga mau masuk
diem-diem…” gumam Ify sambil mencoba memanjat pagar.
Untung saja dia memiliki kemampuan untuk memanjat pohon. Ify bukanlah gadis
yang terlalu feminim, mungkin dimata orang Ify terlihat sangat feminim, dengan
penampilannya yang sangat girly. Tapi tanpa disangka-sangka, saat kecil, Ify
sering banget yang namanya manjat pohon tetangga bersama teman-teman cowoknya.
Meskipun Ify suka sekali yang namanya manjat pohon ataupun permainan anak
laki-laki, seiring berjalannya waktu, jiwa sebagai perempuannya semakin hari
semakin keluar (??).
“HUP!”
Ify berhasil memanjat gerbang sekolah dengan sukses, ia tersenyum
menang.
“Haha, jangan anggap remeh Alyssa Saufika Umari ya!” gumam Ify.
Ify berbalik badan, tapi tiba-tiba…
BUUKK!!
Ify menabrak seseorang, akhirnya ia tersungkur di bawah.
“Aduuh, sakiiit…” ringis Ify. Ify mendongak keatas, matanya melotot.
Seseorang yang tak ingin ia temui sudah berdiri di depannya.
“Sial! Bisa-bisanya gue ketemu sama undang-undang berjalan, gue lupa setiap
jam pertama, dia keliling cari korban perlanggaran,” gumam Ify sambil mencoba
untuk berdiri.
“Lo ngomong apa tadi??” tanyanya.
“Nggak, tadi adaa…tadi adaaa…” Ify mencoba untuk ngeles, tapi bingung harus
berkata apa.
“Ada apaa??”
“Liat! Ada Pak Kepala Sekolaah!! Pagi Paaak!!” seru Ify sambil menunjuk
kearah belakang orang tersebut.
Orang itu langsung berbalik dan memberi hormat kepada ‘kepala sekolah’.
“Pagi, Paak!!”
Laki-laki itu terbelalak, tidak ada kepala sekolah di depannya, dia baru
sadar jika ia dibohongi oleh Ify. Laki-laki itu menggeram, dan membalikkan
badan. Sayang, Ify sudah raib entah kemana.
“Dasar cewek ituu!!”
Laki-laki itu berlari mencari Ify kesana kemari.
***
Ify terus-terusan berlari menuju kelasnya yang lumayan jauh dari gerbang
sekolah, kelasnya terletak di pojok belakang sekolah. Ify sesekali menengok
kebelakang, meyakinkan bahwa undang-undang berjalan tidak mengejarnya.
“Woi!! Tunggu lo!!!”
Ify melotot, laki-laki itu mengejarnya dengan kecepatan penuh, layaknya
elang mengincar mangsanya. Ify menambah kecepatan lainya, tapi mau bagaimana
lagi kemampuan berlari laki-laki memang paling cepat dibandingkan perempuan,
alhasil Ify tertangkap. Laki-laki itu menangkap tangan Ify.
“Aduh! Lepasin sakiit!!” seru Ify.
“Gak bakal gue lepasin!!”
“Kak Rio lepasin, ah! Gue bilangin Pak Duta nih, supaya ngasih hukuman ke
elo!”
“Haha, ngasih hukuman ke gue?? gak bakal! Sori, gue penegak peraturan di
sini! Gue adalah cerminan pelajar yang taat pada peraturan, adanya juga elo
yang bakal dikasih hukuman sama Pak Duta, Alyssa!” seru orang yang bernama Rio
sambil menoyor kepala Ify. Ify hanya menggerutu kesal.
“Lo kasih keringanan buat gue sekali ajaa, gue kan tetangga lo, Kak, ntar
siang gue traktir makan deeh, pliis, gue ada ulangan fisika nanti jam ke 3…”
rayu Ify.
“Rules are rules you must obey the rules, Fy! Gue tahu kita tetanggaan, tapi
yang namanya peraturan gak ada tuh yang namanya tetanggan!” tolak Rio.
“Plis, Kak Mario Stevano Aditya Haling yang cakeeep banget,” kata Ify sambil
memasang wajah melas.
“Gak bisa!” seru Rio. Rio mengeluarkan sebuah buku catatan kecil dari dalam
saku celananya dan menuliskan sebuah catatan kecil. Ify mencoba untuk kabur,
tapi…
“Ehm, kabur gue gorok lo!” ancam Rio.
Ify hanya menghela napas. Kemudian Rio memberikan sebuah kertas kecil,
berisikan tentang catatan pelanggaran yang dilanggar oleh Ify, yaitu memanjat
pagar sekolah.
“Udah kan? Cuma satu? Gue kekelas!”
“Tunggu dulu!”
“Apaan lagi?”
“Lo kira lo cuma ngelanggar satu peraturan ha? BANYAK TAUU!!” Teriak
Rio.
Rio memberikan lima lembar kertas kecil lagi buat Ify.
“Hah? Lima pelanggaran?? Banyak banget!!”
“Satu, baju lo harusnya putih polos ya! Bukan ada coraknya!”
“Itu karena gue kecipratan becek!”
“Dua, rok lo diatas lutut!”
“Itu karena rok gue lagi dicuci yang dibawah lutut!”
“Tiga, lo gak pake gesper!”
“Itu karena gesper gue gak tahau ditaro dimana!”
“Empat, kaos kaki lo pendek!”
“Itu karena kaos kaki panjang gue basah!”
“Lima, lo udah ngerayu gue supaya gue ngebebasin elo dari hukuman!”
Ify melotot.
“Dih itu gak termasuk peraturan kaan? Lo itu seneng banget sih bikin gue
menderita!! Lo itu…”
PLAAAK!!
Sebuah satu lembar kertas lagi mendarat dan tertempel didahinya layaknya
vampire yang ditempeli kertas jimat di film-film Boboho.
“Pelanggaran apaan lagi ha?”
“Baca aja!”
Ify membaca kertas tersebut, pelanggaran karena telah membentak dan
membangkang omongan Rio.
“Hei! Sepertinya lo salah, ini gak masuk peraturan sekolah yaa!!” seru
Ify.
“Eit, pasal satu!!”
“Apaan pasal satu?”
“Penegak peraturan selalu benar,” jawab Rio enteng. Ify mangap.
“Tapi udah jelas-jelas lo salah!”
“Pasal dua! Jika penegak peraturan salah kembali ke pasal satu!” kata Rio
sambil tersenyum menang.
“ARRRGGHH! Lama-lama gue gila kalo ketemu lo!!” geram Ify yang langsung
berjalan gontai menuju kelasnya. Rio tertawa terbahak-bahak.
“Lo gak bisa lepas gitu aja dari gue, Fy…haha,” gumam Rio.
***
Kelas XI IPA 3
“Ya, ampun Ify…darimana aja lo? Abis maen di kubangan?” tanya Zevana,
sahabat Ify sekaligus teman sebangku Ify.
“Errggh, pokoknya gue kesel sama Kak Rioo!!” geram Ify.
“Sabar, Fy!” kata Zevana.
“Liat nih!!”
Ify memperlihatkan enam lembar kertas pelanggaran yang berikan oleh Rio.
“Haha, mantep lu Fy, baru sehari udah dapet enam pelanggaran! Gue salut sama
lo!” kata Zevana.
“Dih, bego banget sih lo! Harusnya kan lo simpati sama gue, sahabat lo yang
paling cantik ini kena hukuman dari orang item!”
“Weish, gak pake cantik ya, Fy! Dan gak pake item!”
“Emang kenyataannya dia item kan?” tanya Ify.
“Tapi kan item manis, Fy, hehe…” kata Zevana cengengesan.
“Item sepet iya!” gerutu Ify.
“Hehe sabar aja deh, Fy, jadi nanti lo bakal ngadep Pak Duta?” tanya Zevana.
Ify mengangguk.
“Iya, sial banget kan gue, mana baju gue jadi ada corak-corak gini lagi, gak
bagus banget,” keluh Ify.
“Gara-gara siapa sih?” tanya Zevana.
“Tau, awas aja kalo gue tahu siapa orangnya, gue bakal bejeg-bejeg tuh
orang!” geram Ify.
“Ssst, udahan ah, tuh Bu Mira dateng,” kata Zevana.
***
Pulang Sekolah
Ify berjalan secara mengendap-endap menuju gerbang sekolah. Ify melakukannya
karena tentu saja dia tak mau bertemu dengan undang-undang berjalan yang
bernama Mario Stevano itu. Supaya Rio tidak bisa mengenalnya, Ify meminjam
jaket spongebob bercapuchon milik Zevana, Tinggal beberapa meter lagi Ify
sampai di depan gerbang sekolah. Ia menengok kekanan dan kekiri. Aman. Tidak
ada si undang-undang berjalan. Ify sudah bersiap-siap untuk lari, tapi
tiba-tiba… tas ranselnya ditarik oleh seseorang dari belakang, akibatnya Ify
yang sudah siap-siap untuk berlari tertarik ke belakang dan tersungkur di
bawah.
“Aduuh…” ringis Ify.
“Mau coba kabur yaa??”
Ify mendongak keatas, Rio sudah melipat tangannya di dada dan tersenyum
menang.
“Kalo iya kenapa?” tanya Ify.
Tanpa menjawab pertanyaan Ify, Rio langsung mengambil buku catatan kecil,
menulis sesuatu, merobek kertasnya, dan menempelkannya di dahi Ify.
“Heh! Lo kira gue vampir!” seru Ify.
“Berarti kalo diitung-itung, hari ini lo udah bikin rekor di sekolah,
pelanggar peraturan terbanyak, berjumlah tujuh pelanggaran, ayo ikut gue ke Pak
Duta!” Rio langsung menarik tangan Ify.
“Aduh! Sakit! Pelan-pelan dong!!” gerutu Ify.
Rio membawa Ify keruang guru, menghadap ke Pak Duta.
“Permisi, Pak…” ucap Rio.
Seorang guru yang sedang membaca Koran olahraga, mendengar suara seorang
murid yang sudah berada di depan mejanya. Guru tersebut melipat korannya dan
menaruh di atas meja, guru berkumis hitam lebat yang bernama Pak Duta tersebut
melihat Rio membawa salah seorang murid perempuan.
“Ada apa, Mario?”
“Saya membawa murid yang bermasalah, Pak,” jawab Rio.
“Adanya juga otak lo yang bermasalah!” seru Ify. Rio langsung membekap mulut
Ify supaya tidak lagi berkicau.
“Ada apa dengan Alyssa, Mario?”
“Bayangin, Pak! Dia udah bikin tujuh pelanggaran! Pertama bla…bla..bla…kedua
bla…bla…bla…” Rio terus-terusan nyerocos di depan Pak Duta tanpa ada jeda titik
ataupun koma. Pak Duta hanya mengangguk-angguk saja meskipun terlihat di raut
wajahnya, dia sama sekali tidak mengerti apa yang Rio katakan.
“Gitu, Pak!!” seru Rio.
“Sumpah, gue gak ngerti sama yang lo omongin…kayak shinkansen lo!” seru
Ify.
“Bacot!”
“Jadi intinya?” tanya Pak Duta sambil membetulkan kacamata tebalnya.
“Alyssa udah bikin tujuh pelanggaran, Pak!! TUJUH!! GAK NYANTE PAK!!”
Ify menutup kuping akibat suara Rio yang sudah seperti bebek nelen kaleng
rombeng.
“Tujuh? Wah, baru kali ini saya nemuin murid dalam sehari bisa melanggar
tujuh peraturan, ckck…” Pak Duta berdecak kagum.
“Sebenernya lima, Pak, tapi ini kunyuk satu aja Pak yang lebay!
Ngomong-ngomong hebat kan saya, Pak? Bisa ngalahin rekor terdahulu yang sehari
bikin tiga pelanggaran, saya tujuh pelanggaran haha,” kata Ify.
“Memang hebat kamu, Alyssa!” puji Pak Duta. Rio mangap.
“Lah? Pak! Yang ada tuh dia dihukum, Pak! Bukan dipuji!!” kata Rio.
“Eh, oiya!! Alyssa kamu dihukum, bersihin WC dan ngepel lantai, sekaraang
sampai satu minggu kedepan!!”
“WHAT??? SEKARANG SAMPAI SEMINGGU KEMUDIAN?? SENDIRIAN??” Teriak Ify.
“Gak sendirian, tapi kamu dibantu oleh Mario!”
“HAH? KOK SAYA TERLIBAT, PAK!!”
“Kamu gak kasian apa sama dia? Sekalian kamu awasin dia kerja, daripada
kabur, kamu ini kan penegak peraturan, saya sangat percaya sama kamu, Mario
Stevano Aditya Hilang, eh salah Haling,” kata Pak Duta sambil menyesap kopi
tubruk favoritnya. Rio menggerutu kesal.
“Ah, gara-gara lo sih, gue ikut-ikutan kena sial!!” keluh Rio.
“Kenapa nyalahin gue? muka lo udah sial dari sananya! Terima aja nasib lo!”
balas Ify.
***
“Kerja yang beneer, jangan bisanya ngeluh doang…”
“Bawel lo!”
Saat ini Ify sedang menjalankan hukuman dari Pak Duta, yaitu mengepel lantai
kooridor sekolah. Sedangkan Rio yang harusnya membantu Ify malah duduk santai
sambil membaca komik Bleach kesukaannya.
“Heh! Bukannya lo disuruh bantuin gue juga??” tanya Ify nyolot.
“Iya, sih, tapi lo tahu sendiri, gue ada kerjaan yang gak bisa gue tunda,”
jawab Rio enteng.
“Apaan?”
“Ya, yang lo liat ini!” seru Rio sambil mengangkat komiknya.
“Heh! Jelek, baca komik lo bilang kerjaan yang gak bisa lo tunda??” tanya
Ify nyolot. Ify langsung menghampiri Rio dan merampas komik Rio.
“Eh, apa-apaan lo!!” seru Rio.
“Lo gak boleh baca komik sebelum bantu gue!” suruh Ify.
“Ada hak apa lo, bisa nyuruh-nyuruh gue seenak jidat lo itu??” Rio nyolot
sambil menoyor dahi Ify.
“Gue itu penegak peraturan sekolah, dan lo? Lo itu pelangggar peraturan
sekolah, yang ada jug ague nyuruh lo dan ngawasin lo!” tutur Rio. Ify manyun
dan meneruskan hukumannya.
Beberapa menit kemudian…
“Gue udah selesai!”
Rio melihat kesekeliling lantai kooridor sekolah. Bukannya tersenyum senang
karena bersih, Rio malah menatap Ify tajam.
“Kenapa lo?”
“LO ITU BEGO ATO ODONG SIIH??” Teriak Rio di kuping Ify.
“Kok lo malah teriak dikuping gue siih??” keluh Ify.
“Liat tuh! Apaan yang bersih!!” kata Rio. Ify melihat bahwa lantai yang di
pel olehnya terdapat jejak sepatu yang Ify gunakan.
“Lah? Kok kotor lagi sih? Tadi kan udah bersih!” seru Ify.
“Sampe akhir jaman lo ngepel juga gak bakalan bersih nih lantai!!”
“Kok gitu?”
“Gini ya, gue kasih tahu! Orang tuh kalo ngepel adanya tuh dari depan ke
belakang! Bukan dari belakang ke depan!!!”
“Iya, ya?” tanya Ify polos. Saking kesalnya Rio langsung merebut tongkat pel
yang dipegang Ify.
“Nih gue tunjukkin cara ngepel yang bener!” Rio menerangkan panjang lebar
tentang cara mengepel lantai (??).
“Ngerti gak?” tanya Rio.
“Kurang ngerti, lo ngomong kayak shinkansen, terangin lagi dong!”
Rio pun menerangkan lagi ke Ify. Sebenarnya Rio tidak sadar bahwa dia sedang
dikerjai Ify. Ify beralasan bahwa ia tidak mengerti supaya Rio terus
mencontohkan cara mengepel lantai sampai lantai itu bersih dan Ify gak akan
ngerjain lagi.
“Udah ngerti kan? nih lo terusin lagi!” seru Rio sambil memberikan tongkat
pelnya.
“Ngapain? Orang udah bersih kok, lagian lo bego juga sih mau dikibulin sama
gue!” kata Ify.
Rio melihat ke sekeliling lantai kooridor. Memang benar, sekarang lantai
sudah bersih karena kerja Rio.
“IFYYY!!!!”
***
WC sekolah
Dengan sangat amat terpaksa Ify meneruskan hukuman yang selanjutnya yaitu
membersihkan WC. Sambil menutup hidungnya, Ify mencoba untuk menyikat
kloset.
“Kak Riooo, bauu…” rengek Ify.
“Gue gak mau bantuin, ntar lo manfaatin gue lagi,” tolak Rio.
“Aduh, anak satu sekolahan makan apaan sih? Makan bangkai tikus? Kok baunya
amit-amit banget!” keluh Ify.
“Auk, udah ah jangan ngeluh terus, jelek muka lo!”
“Ngeek, kayak lo gak jelek aja!” gerutu Ify.
Ify meneruskan pekerjaan laknatnya itu, tapi tiba-tiba…
BRUUKK
Rio yang sedang membaca komik terkejut mendengar suara tersebut. Rio bangkit
dari duduknya dan melihat kedalam.
“Ya, ampun Ify! Lo gak papa?” tanya Rio. Rio melihat Ify tergeletak di
lantai, ia meringis kesakitan akibat terpeleset.
“Aduh, kaki gue sakit, Kak…” keluh Ify sambil memegang pergelangan kaki
kanannya.
“Gue bawa lo ke UKS ya,”
Rio mencoba menggendong Ify dan membawanya ke UKS. Jantung Ify berdetak
kencang, baru kali ini ia bisa melihat Rio dari dekat. Ify merasa bahwa Rio
terlihat sangat…keren, banyak perubahan yang terjadi di Rio. Rio menjadi lebih
tinggi, kekar, dan kuat, Ify baru menyadarinya. Karena selama ini Ify melihat
Rio sebagai Rio yang dulu, Rio yang masih setinggi dengannya, Rio yang masih
kecil. Tapi sekarang ia lihat adalah Rio yang dewasa, Rio yang bukan anak kecil
lagi.
Rio mengobati luka di kaki Ify. Muka Ify memerah.
“Makanya kalo kerja hati-hati, jangan teledor, jadinya kayak gini kan?”
“Maaf…”
“Sini biar gue yang terusin kerjaan lo,” kata Rio.
“Ng…nggak usah!” tolak Ify.
“Gak papa, lo tunggu sini aja,” kata Rio.
Untuk pertama kalinya Ify melihat sisi lain seorang Mario. Rio terlihat
sangat perhatian dan baik padanya, tidak seperti dulu ataupun siang tadi. Yang
selalu Ify liat adalah sosok Rio yang nyebelin, bawel, dan selalu cari ribut
dengannya.
Setengah jam kemudian, Rio kembali ke UKS.
“Pulang yuk, gue anterin,” ajak Rio.
“Nggak, ah. Gue gak mau, gue bisa pulang sendiri!” seru Ify.
“Bego, lo kan sama gue tetanggaan, mending gue anterin pulang, cepetan! Gue
udah bawain tas lo!” seru Rio. Ify hanya manyun.
“Sini gue bantu jalan,” Rio menarik tangan kanan Ify ditaruh melingkar
dipundaknya dan tangan kiri Rio sendiri memegang pinggang Ify. Mereka berjalan
dalam keadaan seperti itu sampai parkiran. Perasaan Ify pun mulai jadi tak
karuan. Ia merasa sangat amat grogi.
Sesampainya di parkiran Rio mengeluarkan motor Honda Tigernya, dan
menaikinya. Rio menatap Ify dengan tatapan
ini-anak-bego-apa-odong-susah-banget-dibilangin-dari-tadi sejenak sambil
mendesah.
“Naik!”
“Iyaiya…” Ify pun naik ke motor Rio.
“Fy,”
“Hm?”
“Pegangan! Lo mau nyusruk apa ke got!”
“Pegangan dimana?”
“Di kepala lo! Di badan gue!!” Rio udah mulai emosi.
Dengan terpaksa Ify memegang bahu Rio. Tiba-tiba tangan Rio menarik tangan
Ify dan menaruhnya di perutnya. Rio menstarter motornya dan mulai meninggalkan
sekolah yang mulai larut.
***
“Kak Rio, thanks…” kata Ify.
“Yaaa…sama-sama…gue pulang,” jawab Rio.
Ify berjalan dengan pelan menuju depan pintu rumahnya, kakaknya, Alvin
membuka pintu rumah dan melihat Ify dengan terbelalak.
“Napa lo, Fy?” tanya Alvin.
“Gue kepeleset di sekolah,” jawab Ify enteng.
“Ha? Kepeleset? Emang ngapain lo? Joget-joget?” tanya Alvin setengah
bercanda.
“Ih, apaan sih lo, Kak! Bantuin gue jalan dong sampe kamar!”
“Haha oke,” Alvin membantu Ify berjalan menuju kamarnya.
***
“Kok Kak Rio sekarang ganteng banget siih!!” gumam Ify yang geregetan
sendiri di kamarnya. Jika mengingat tentang Rio. Mukanya semakin lama semakin
memerah.
“Wah, beneran nih gue mulai suka sama Kak Rio, tapi guee…gue gengsi
ngakuinnya apalagi sama Zevana, jelas-jelas tadi pagi gue bilang gue benci
banget sama dia, apalagi ngaku ke Kak Rio, bikin reputasi gue jatoh,”
“Ahh, udahlah gak usah dipikirin…”
***
Sejak insiden pelanggaran Ify dan hukuman yang dilaksanakan selama satu
minggu, Rio dan Ify semakin dekat, Rio semakin baik pada Ify. Ify pun makin
suka Rio. Yang dulunya Rio tak mau membantu hukuman Ify, sekarang malah dia
yang menawarkan diri buat membantunya.
Di kelas
“Fy?” tanya Zevana.
“Hm?”
“Lo sekarang sering bareng sama Kak Rio ya?” tanya Zevana. Ify yang sedang
minum tersedak.
“Ha? Apaan? Lo liat dimana?”
“Lo lupa? Kalo mau kerumah lo harus lewat komplek perumahan gue kan?” tanya
Zevana balik.
“Eng…itu cuma terpaksa, Pak Oni gak bisa jemput gue, lagian gue juga males
bareng sama dia, gak ada yang lain aja!” Ify sewot.
Zevana hanya mengangguk saja, sedangkan Ify mulai bernapas lega. Ify gak mau
Zevana tahu bahwa dia suka sama Rio. Pasti Zevana akan bilang bahwa Ify kena
karma, dan omongannya gak sesuai dengan hatinya sendiri.
***
Setelah hari terakhir menjalankan hukuman selesai, Rio kembali lagi
menawarkan diri untuk mengajak Ify pulang bareng.
“Fy, bareng aja ya,”
“Nggak ah, gue gak mau, gue gak mau ngerepotin elo,” tolak Ify.
“Ayo, Fy, gak ngerepotin kok, gue kan sekalian pulang,” kata Rio.
“Pokoknya gue gak mau, gue minta jemput sama kakak gue,” tolak Ify sekali
lagi.
“Tumben-tumbenan lo minta jemput Alvin, lo gak mau bareng sama gue?”
“Yaiyalah, gue gak mau, gue bukan…gue bukan siapa-siapa lo! Kenapa sih lo
maksa gue banget, nyebelin tau gak!” seru Ify. Rio terdiam.
“Gue tahu gue bukan siapa-siapa lo, tapi apa salahnya gue mau pulang bareng
lo,” kata Rio.
“Lo mau, tapi gue nggak, gue gak mau ada yang nyangka kita…nyangka kita
pacaran,” jawab Ify dengan nada terpaksa.
Rio mendesah pelan.
“Jadi intinya, lo gak mau pacaran sama gue?” tanya Rio.
“Ha?”
“Seandainya gue nembak lo, lo gak bakal mau nerima gue?” tanya Rio sekali
lagi. Ify terdiam, dia maish tak percaya.
“Maksud lo, Kak?”
“Gue suka sama lo, Fy…” aku Rio.
Ify masih diam, napasnya tercekat.
“Jujur seminggu yang lalu, pas lo ngelanggar peraturan sekolah, gue seneng
banget, soalnya gue bisa deket lagi sama lo, sejak masuk SMA lo sama gue gak
sedeket dulu, lo lebih menjaga jarak sama gue. Gue suka sama lo sejak dulu,
Fy…tapi begitu gue tahu isi hati lo sekarang, ternyata lo hanya nganggep gue
orang nyebelin, atau mungkin pengganggu, gue lebih baik mundur, gue duluan,”
Rio memakai helmnya dan pergi meninggalkan Ify sendirian.
Tiba-tiba air mata Ify menetes, ia menangis di depan gerbang sekolah. Ify
merasa bersalah pada Rio karena telah mengatakan hal yang menyakiti hati Rio.
Ia menyesali perkataannya.
“Fy? Lo kenapa?” tanya Alvin yang baru saja datang.
Ify masih tetap menangis. Alvin pun duduk disamping Ify.
“Lo ada masalah?” tanya Alvin. Ify mengangguk.
“Mending sekarang pulang aja deh, ntar lo cerita sama gue dirumah,” ajak
Alvin sambil menggandeng tangan adik satu-satunya itu.
***
“Jadi cuma mau menjaga gengsi, lo ngomong kayak gitu, Fy?” tanya Alvin tak
percaya. Ify mengangguk.
“Sumpah, gue gak nyangka ya sama lo, lo gak kasian apa sama Rio? Rio itu
sayang banget sama lo, hanya gara-gara gak mau ketahuan sama Zevana dan gengsi
lo sampe nyakitin hatinya dia, dimana otak lo, Fy??”
“Maaf…” Ify menangis lagi.
“Seandainya lo jadi Rio, lo pasti sakit hati juga kan? Jujur dong sama diri
lo sendiri, sama Rio, ataupun sama anak-anak yang lain, kalo lo suka dia gak
perlu gengsi, gak perlu malu, lo pikirin itu dulu,” tutur Alvin. Ify diam
saja.
***
Sudah beberapa minggu Rio dan Ify tak bertegur sapa, Ify yang melanggar
peraturan menskipun satu peraturan, dihiraukan oleh Rio sedangkan anak yang
lain, diberi peringatan. Ify mengerti bahwa Rio sedang mencoba untuk
menjauhinya.
“Fy, gue heran sama lo, dulu lo deket banget sama Kak Rio gara-gara
ngelanggar peraturan, sekarang lo jadi jauh banget sama dia, kenapa sih lo?”
tanya Zevana. Akhirnya Ify mencoba untuk jujur pada Zevana.
“Gue dijauhin sama dia…” gumam Ify.
“Kok bisa?”
“Gue nolak dia, udah gitu gue udah ngomong yang gak enak sama dia,”
“Kok lo bego sih?” tanya Zevana.
“Iya, emang gue bego! Gue gak nerima dia karena gengsi gue! gengsi gue yang
muncul gara-gara lo,”
“Kok jadi ke gue sih?”
“Waktu itu gue bilang kalo gue banget sama dia, gak mungkin kan tiba-tiba
gue bilang gue suka sama dia, yang ada gue di mata lo itu jatuh banget, lo
bakal ngetawain gue,” kata Ify.
“Jadi lo suka sama Kak Rio?”
“Iya, gue suka,”
“Lo bener-bener bego, ngapain juga gue ngetawain lo, kenapa lo gak bilang
sama gue, dasar ini anak cuma gara-gara gengsi sama gue lo bela-belain nolak
Kak Rio, nyesel kan lo sekarang?” tanya Zevana.
“Iya, gue nyesel,” kata Ify.
“Sekarang lo ngomong sama Kak Rio baik-baik, gak usah pikirin gengsi lo
lagi, jangan pikirin apa kata gue atau temen-temen yang tahu kalo lo benci
banget sama dia, lo harus jujur sama dia, gue dukung lo seratus persen!” seru
Zevana sambil mengacungkan ibu jarinya. Ify tersenyum.
“Thanks, Zev, gue cari Kak Rio dulu!” Ify langsung beranjak dari tempat
duduknya dan berlari keluar.
“Dasar, tuh anak bener-bener aneh bin ajaib,” gumam Zevana.
***
Rio sedang duduk sendirian di pekarangan sekolah, sambil mendesah berulang
kali. Ia masih kecewa akan perkataan Ify.
“Kak Rioo!!”
Rio menoleh kebelakang, Ify sedang berlari menuju kearahnya (kakinya Ify
udah gak terkilir lagi lho). Tumben-tumbenan Ify menemuinya.
“Kak, gue mau minta maaf gue salah banget sama lo, gue udah ngomong yang gak
enak sama lo,” tutur Ify.
Rio masih diam saja.
“Gue tahu lo masih benci sama gue, gue terima karena itu emang kesalahan gue
sendiri, tapi gue cuma pengen lo tahu, gue…suka sama lo,”
Rio masih terdiam, bukan karena sengaja, tapi karena dia memang tak bisa
berkata apa-apa.
“Gue minta maaf, gue cuma gak mau gengsi, gue jadi bohong sama diri gue
sendiri, maafin gue…” gumam Ify lirih.
Rio mendekati Ify secara perlahan-lahan, Ify mendongak ke atas melihat mata
Rio. Tiba-tiba…
“BEGO!!!”
Ify cengo.
“Dasar anak bego!! Gara-gara cuma gak mau gengsi, lo gak mau ngakuin kalo lo
suka sama gue? kenapa gue bisa suka sama lo sih,” keluh Rio.
“Kok lo gak marah sama gue sih?”
“Gue gak bisa marah sama lo, sori…” kata Rio.
Ify tersenyum. Kemudian Ify melihat Rio mengeluarkan catatan kecilnya dan
menulis sesuatu, dirobek dan diberikan ke Ify.
“Apaan nih?”
“Baca aja,”
Ify membacanya. Ify mangap.
“Pelanggaran?? Emang gue bikin lo sakit hati itu termasuk pelanggaran
sekolah? Gila aja nih sekolah!” seru Ify.
“Bukan melanggar peraturan sekolah, tapi melanggar peraturan yang gue buat
sendiri…yang hanya berlaku buat lo,” kata Rio enteng.
“Kenapa cuma buat gue doang? Kok gitu, gue gak terima!!” tolak Ify.
“Eit! Inget! Pasal satu gue selalu benar, pasal dua, kalo gue salah, kembali
ke pasal satu,” kata Rio. Ify manyun.
“Terus? Ada gitu hukumannya?” tanya Ify.
“Tentu saja!”
“Gue disuruh ngapain, jadi babu lo?”
“Gue yakin kalo lo denger hukuman dari gue, lo gak bakal mau nolak,” kata
Rio cengengesan.
“Apaan?”
“Lo harus jadi pacar gue sekarang dan seterusnya, bukan seminggu, sebulan
atau setahun,” kata Rio.
Ify tak percaya.
“Gimana? Pasti mau kan? lo kan suka sama gue, hehe…”
Ify mengangguk,
“Dengan senang hati gue terima hukuman dari lo,” kata Ify. Rio
tersenyum.
“Thanks, Fy…”
Rio menggenggam tangan Ify dengan lembut dan pergi meninggalkan taman
sekolah.
“Gue cinta banget sama lo, Fy,”
“Gue juga cinta banget…sama peraturan lo, hehe…” kata Ify.
“Kok cuma peraturannya aja?”
“Gue cinta banget sama peraturan lo soalnya hukuman kalo melanggar peraturan
lo, gue bakal jadi pacar lo, hihi…” ujar Ify terkekeh.
“Dasar aneh lo!”
aaaaaaa ini cerpen favorit gue.. dari dulu gue buka google cuma mau baca cerpen rify yang temanya benci jadi cinta... keren nih keren.. lo yang nulis yaa..
BalasHapusgue nitip link yaa.. kalau mau berkunjung juga boleh
obat kista tradisional.
obat pelangsing herbal
terimakasih sebelumnya
aaaaa... kerennn , nggak bosen bosen baca ni cerita . Bawaannya pengen ngakak mulu :V
BalasHapus