HALO
Saya bawa sebuah cerbung idoal cilik nih heheheh , ini salah satu cerbung faforit saya punya kak Angky Sukwan Musasaya cuma copas loh alis REPOST
Part 1
Cast : Oik Cahya Ramadlani, Cakka Kawekas Nuraga, Alvin Jonathan, Sivia Azizah.
Story :
“Masalah
kita sudah selesai. Jadi, kamu gak usah susul aku ke Indonesia”
seorang wanita berusia sekitar 19 tahun sedang serius berbicara dengan
seseorang lewat telepon.
“Tapi? Bagaimana dengan Dia? Apa yang harus kulakukan sekarang?!” ucap seorang lelaki yang menjadi lawan bicaranya.
Wanita itu menghela napas. Berusaha menenangkan pikirannya.
“Kamu boleh menemuiku saat waktunya suah tepat"
"Tapi.." omongan lelaki itu terputus karena sang wanita sudah mengakhiri teleponnya.
17 tahun kemudian..
Alvin,
Alvin Jonathan Ramadhana memasuki SMA 2 Malang diiringi sorakan dari
siswa-siswinya. Bagaimana tidak, Alvin adalah seorang pianis terkenal
yang berumur sekitar 36 tahun yang sudah memenangkan beberapa
penghargaan dikancah Nasional bahkan Internasional. Tidak hanya itu,
Alvin juga mempunyai wajah oriental yang sangat gagah. Didukung dengan
postur tubuh yang bisa dibilang ‘body model’ membuatnya sangat di idolai
para wanita. Tetapi, tak pernah terdengar kabar bahwa ada seorang
wanita beruntung menggandeng tangan pianis itu.
Dengan senyum yang
menghiasi wajahnya, sorakan kepadanya terus bertambah. Alvin menjadi
juri di Kompetisi menyanyi Nasional yang menjadikan Malang sebagai tuan
rumahnya.
Alvin berdecak kagum saat memasuki Aula SMA 2 Malang.
Sebuah Aula yang bisa menampung seluruh siswanya dengan warna putih
yang menjadikannya semakin megah untuk dilihat.
Ia lantas berdiam
diri. Tetapi, Guru Seni dari SMA 2 Malang segera mempersilahkannya
untuk duduk di kursi Juri. Alvin sedikit berdecak.
Setelah ia
duduk. Siswa-siswi dari SMA 2 Malang lalu masuk memenuhi Aula itu.
Alvin memperhatikan mereka. Ia seakan ingat masa SMA nya lagi.
Pembawa
acara membuka KMN. Diiringi tepuk tangan dari semua orang yang berada
di Aula. Alvin terus tersenyum. Masa lalunya terus berputar saat dia
memasuki Aula ini.
Satu per satu, pembawa acara memanggil peserta yang mengikuti KMN ini. Namun, ada seseorang yang sangat menarik perhatian Alvin.
Peserta
bernomor 7 naik ke atas panggung. Seorang gadis yang manis, ditemani
dengan kacamata putihnya dan juga gitar hitamnya yang menggantung
dibadannya.
Senyum gadis itu mengembang. Alvin tersihir dan ikut tersenyum.
“Nama saya Oik Azizah Ramadlani” Alvin terkesiap kaget saat Oik, gadis itu menyebutkan namanya.
Azizah? Ramadlani? Nama yang sangat tak asing baginya.
“Lagu
ini aku persembahkan untuk Ayah saya yang entah kemana. Tapi, saya tak
akan pernah benci dengannya. Kata Bundaku, Ayah adalah orang yang baik
dan aku percaya itu” Oik kembali tersenyum, membuat Alvin semakin
merasa mengenal Oik.
Gitar dipetik. Lantunan nada keluar, mengiringi suara Oik.
Tuhan tolonglah..
Sampaikan sejuta sayangku untuknya..
Ku terus berjanji..
Takkan khianati pintanya..
Ayah dengarlah..
Betapa sesungguhnya kumencintaimu..
Kan kubuktikan..
Ku mampu jadi yang terbaik..
Suara
Oik membuat seisi Aula terdiam. Mereka semua seakan menghayati apa
yang dinyanyikan Oik. Mereka juga seolah merasakan apa yang dirasakan
Oik saat ini. Rasa rindu kepada Ayah..
Sorak riuh diiringi tepuk
tangan dari seisi Aula saat Oik mengakhiri nyanyiannya. Alvin pun tak
bisa menahan kekagumannya terhadap gadis didepannya ini.
Segera
Ia menuliskan angka yang sempurna pada buku penilainnya. Tetapi, masih
ada sesuatu yang mengganjal didalam hatinya saat Oik menyebutkan
namanya.
Tapi apa? Dia masih tetap tak bisa berpikir. Bahkan,
peserta yang tampil sesudah Oik tak diperhatikannya. Pikirannya masih
melayang terhadap gadis manis itu, Oik.
“Apa maksud semua ini?!” teriaknya dalam hati.
***
Oik,
Oik Azizah Ramadlani. Masih dengan kekagetan yang luar biasa, ia
memasuki kantin sekolahnya. Ia memilih tempat yang paling sudut.
Disampingnya ada Cakka, Cakka Kawekas Nuraga. Cowok yang menjadi Most
Wanted SMA 2 Malang sekaligus pacar Oik.
Oik memegang kepalanya. Sedikit ada rasa sakit yang merasuk dihati dan pikirannya.
Cakka tersadar akan keadaan pacarnya. Segera ia mengambil beberapa butir obat dan sebotol air putih dari dalam tas Oik.
“Diminum dulu. Nanti kamu tambah lemah lagi” Oik mengangguk lemah dan segera mengambil benda yang berada ditangan Cakka.
“Jangan terlalu dipikirin. Kalah atau menang itu biasa” ucap Cakka lembut.
Oik
tersenyum. Pacarnya ini memang sok tahu. Tapi, ia sangat menghargai
apa yang dikatakan Cakka. Cakka hanya berusaha untuk menenangkannya.
Cakka mengambil sebotol Air putih dari tangan Oik. Disimpannya kembali botol itu didalam tas Oik.
“Kita pulang yuk? Kamu harus istirahat” Oik menggelengkan kepalanya.
“Aku mau nunggu pengumuman pemenangnya Kka” lirih Oik. Cakka pun menggelengkan kepalanya sambil berdecak.
Ditariknya pacarnya itu kedalam pelukannya. Berharap ada yang Oik ingin bagi sekarang.
Tapi, Oik hanya diam. Berbanding terbalik dengan Jantungnya yang berdetak cepat.
“Aku yakin kamu pasti menang” Ucap Cakka sambil mengelus pelan punggung Oik. Oik pun tersenyum dalam pelukannya.
***
Cakka memasuki Aula sekolahnya bersama Oik. Baru saja diumumkan pemenang KMN, dan Oik yang keluar sebagai Juara Pertama.
Alvin menjadi orang yang terhormat memberikan Oik piala. Ia masih kagum dengan gadis ini.
Senyum Oik terus mengembang. Alvin semakin kagum dengan dia. Sangat ramah dan bersahaja senyum itu, pikirnya.
Alvin pun memberikan piala kepada Oik.
“Selamat” ucap Alvin sambil tersenyum.
Oik menganggukkan kepalanya dengan semangat.
Sejurus kemudian, Alvin bergegas turun dari panggung. Namun, Oik dengan cepat mencekal tangan Alvin.
Alvin menoleh heran. Oik tetap tersenyum.
“Bapak pianis terkenal kan?” Alvin mengiyakan ucapan Oik.
“Bapak juga pasti punya masa lalu kan?” Alvin tetap bingung, namun tak diurungkan juga dia anggukan kepalanya.
“Bapak
juga pasti punya kesalahan di masa lalu kan?” Pertanyaaan Oik semakin
membuat Alvin bingung. Seisi Aula pun ikut bingung karena pertanyaan
konyol Oik.
Oik menunggu jawaban Alvin. Dengan terus memandang mata lelaki itu.
Alvin menunjukkan wajah ketidaksukaannya.
“Maksudmu apa Nak?” ujar Alvin agak tak suka.
“Bapak
punya kesalahan di masa lalu dengan seorang wanita. Aku jelas mengenal
wanita itu. Dan bapak, bapak pasti tak tau kesalahan bapak apa!”
bentakan Oik membuat Alvin menjadi agak emosi.
Cakka naik ke atas panggung dan segera menarik Oik untuk turun dari panggung.
Sepeninggal Oik, Alvin tetap membeku sambil memikirkan kata-kata Oik.
“Sivia Azizah Farlani?”
***
Oik tetap membungkam mulutnya. Berkali-kali Cakka menghujamnya dengan berbagai pertanyaan.
“Nanti kamu juga akan tahu” ucapnya. Cakka diam. Namun, lama kelamaan dia meninggalkan Oik sendiri.
Oik
tahu, Cakka marah. Cakka memang tak suka dengan adanya
ketidakterbukaan diantara hubungan mereka. Tapi, Oik juga tak bisa
bilang sekarang. Dia takut, luka masa lalu itu membuat kondisinya
semakin lemah.
Tak berapa lama, ia memutuskan untuk pulang. Membawa pulang Piala untuk dia perlihatkan pada Bundanya.
Masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya, Ia menuju ke parkiran mobil sekolahnya dengan membawa Pialanya.
***
“ARGH!”
Cakka berteriak keras sembari menutup pintu kamarnya. Membuat seisi
rumah terlonjak kaget. Bundanya yang sedang duduk menonton TV bersama
kakak Cakka jadi heran.
“Kenapa tuh adik kamu?”
“Biasa Bun, mungkin lagi ada masalah dengan Oik” jawab Elang, kakak Cakka.
“Namanya juga anak muda Bun.” tambahnya. Bunda Cakka hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah putranya.
Cakka
merebahkan tubuhnya. Kejadian tadi berputar kembali diotaknya. Tak
biasanya Oik tak mau berbagi cerita dengannya. Ia merasa tak dianggap
oleh kekasihnya itu.
Bunya melengking dari Hpnya membuatnya kaget. Dengan segera diraihnya Hp itu lalu melihat ada pesan masuk dilayarnya.
From : Oik Ramadlani
Maafin aku. Nanti aku cerita pas waktunya udah tepat. Plis, kamu jangan kekanak-kanakan kayak gini Kka. Aku sayang kamu..
Cakka membanting Hpnya. Berharap rasa sakit dihatinya berkurang.
***
Oik
tetap tak berhenti menelpon Hp Cakka. Meskipun yang terdengar hanyalah
suara operator yang mengatakan nomor yang dituju sedang tak
diaktifkan.
Oik berdecak kesal. Kemudian dia menyerah dengan usahanya. Dia lalu bergegas mengambil jaket dari lemarinya.
“Mau
kemana?” suara Bundanya, yang ternyata Sivia menghentikan langkahnya.
Dia berbalik dan mendapati Sivia sedang berdiri sambil melipat kedua
tangannya didada.
Oik terkekeh pelan
“Ah Bunda kayak penagih utang aja” Sivia menggelengkan kepalanya. Kemudian dia mendekati putri semata wayangnya itu.
“Gimana? Pialanya udah dipajang rapi dimeja belajar kan?” ucap Sivia sambil menyuruh Oik duduk disampingnya.
Oik menganggukkan kepalanya “Tapi, pialanya kebesaran Bun.” keluhnya yang sukses membuat Sivia mencubit pipinya.
“Bukannya bersyukur, malah mengeluh ckck. Mau kemana kamu?”
“Mau kerumah Cakka Bun. Tadi dia marah sama aku. Hpnya pake gak aktif lagi” curhat Oik.
“Tapi, kamu udah minum obat kan?” dengan cepat, Oik menaikkan jarinya jempolnya.
“Yaudah, hati-hati ya?” Nasihat Sivia.
Oik
bergegas berdiri dan mengambil kunci mobil di atas meja ruang
keluarga. Dicocokannya kunci itu dengan mobilnya dan segera melaju
menuju rumah Cakka.
***
Cakka berdecak pelan. Melihat mobil Oik yang nangkring didepan rumahnya membuat ia sedikit kesal.
“Apa lagi sih mau dia?” keluh Cakka.
Tiba-tiba pintunya terketuk.
Pasti Oik, pikirnya.
Dengan segera dia membuka pintu kamarnya dengan tampang yang ogah-ogahan.
“Boleh saya bertemu Mas Cakka?” ucap seseorang yang berdiri didepannya. Cakka menunjuk ekspresi tidak sukanya.
“Mau kamu apa?!” bentak Cakka membuat Oik, menjadi takut.
“Kamu terlalu kekanak-kanakan Kka” lirihnya sambil menundukkan kepalanya.
Cakka menutup pintu kamarnya, meninggalkan Oik yang masih terpaku didepan kamarnya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar