Halaman

Sabtu, 03 November 2012

(REPOST) Cerbung "Sebuah Kesalahan" Part 2

jangan lupa add fb penulis nya ya oleh Angky Sukwan Musa pada 27 Mei 2011 pukul 12:50 ·
Cast : Oik Cahya Ramadlani, Cakka Kawekas Nuraga, Alvin Jonathan, Sivia Azizah, Mario Stevano, Larissa Safanah Arif.
***
Mario Stevano atau yang lebih akrab disapa Rio merupakan salah satu aktor yang berprestasi di indonesia.

Layaknya Alvin, sahabatnya. Ia juga sangat digandrungi para kaum hawa. Namun, karena kesibukan yang selalu melandanya membuatnya tak pernah punya waktu untuk menjalin hubungan dengan kaum hawa.

Baru-baru diberitakan ia sedang dekat dengan salah satu penyanyi ternama di Indonesia. Ashilla Zahrantiara. Namun, setelah dikonfirmasi, ternyata hubungan mereka hanya sebatas teman.

Alvin bernasib sama dengan Rio. Makanya mereka berdua sangat akrab didepan maupun dibelakang layar kaca.
Hari ini mereka berjanji untuk ketemuan. Dan kebetulan juga Rio dan Alvin lagi ada di Malang.
“Wes My bro. Apa kabar?” sapa Alvin pada Rio yang sedang duduk di kursi sebuah cafe.
“Baik. Mau pesan apa Mas?” tanya Rio yang memang lebih junior dari Alvin.

Alvin pun segera duduk dan mengambil daftar menu yang ada didepannya. Setelah melihat menu yang ada didepannya, ia pun memilih Hot Chocolate.

“Hot chocolate gak pake gula.” Sahutnya.
“Hot Chocolate?” tanya Rio memastikan.

Alvin mengangguk dan Rio pun memesankan Alvin secangkir Hot Chocolate.
“Hot chocolate ya Mbak. Gak usah pake gula” pesan Rio. Pelayan itu lalu mencatat pesanan Rio dan pergi ke bagian minuman.

“Eh Mas, tumben santai. Gak ada jadwal?” Alvin menggeleng pelan. “Kamu sendiri?” tanyanya.

Rio terkekeh “Lagi malas akting. Pembohongan public” jawabnya ngawur.

Alvin membuka kacamatanya “lagian kamu ngapain jadi artis? Jadi gitaris atau drummer gitu kan lebih asyik!”

Rio menggeleng pelan “Saxophone tidak terlalu diterima di Indonesia Mas” ia meneguk lemon tea nya “lagian artis juga lumayan enak” Alvin mengangkat bahunya.

Tiba-tiba datang seorang pelayan membawakan pesanan Alvin.
“Makasi Mbak” ujar Alvin yang disambut anggukan dari pelayan itu.

Alvin lalu meneguk hot chocolatenya. Namun..
“Ah! Ada gulanya Yo!” Panik Alvin. Rio pun memanggil pelayan yang melayaninya tadi.

“Mbak, saya tadi pesannya gak pake gula!” bentak Rio.
Pelayan itu pun meminta maaf “Maaf Pak. Tadi ada orang yang mesennya pake gula. Maaf banget Mas.” Alvin menganggukkan kepalanya dan segera menyuruh pelayan itu untuk mengganti pesanannya.

Tiba-tiba ada seorang wanita yang memanggil pelayan itu dan kemudian ikut marah. Alvin pun memperhatikan wanita itu.

“Hebat ya! Ketukar! Haha” Rio terkagum-kagum dan Alvin hanya diam. Dia terus memperhatikan wanita itu.

“Itu kan..” ucapannya terpotong begitu pandangannya bertemu dengan pandangan wanita itu.

“Sivia..” lirihnya
***
Cafe Shelterd Wich merupakan Cafe yang cukup terkenal di Kota Malang. Minuman yang disediakan cocok untuk para pengusaha seperti Sivia.

Dia sangat menyukai Hot Chocolate di Cafe ini. Menurutnya, rasa Hot Chocolate disini sangat manis dan lembut.

Namun hari ini tak seperti biasanya. Pesanannya sangat hambar. Hanya ada kelembutan, tapi manisnya tak nampak.

Akhirnya ia memutuskan untuk memanggil Pelayan yang tadi melayaninya.

“Saya kan pesan Hot Chocolate pake gula Mbak! Kenapa ini hambar?” omel Sivia.

“Pesanan Ibu ketukar dengan Pesanan Bapak itu” Pelayan itupun menunjuk ke arah pengunjung yang sedang duduk sambil melihat kearahnya.

“Alvin?” lirihnya. Ia sangat kaget saat melihat masa lalunya kembali. Ditempat yang sama disaat mereka ketemu.

Namun, dia urungkan niatnya untuk berlari dan memeluk pria yang tengah memandangnya dengan pandangan yang sangat teduh.

Ia juga tak bisa berbohong. Ia rindu dengan Pria ini. Bahkan sangat.

Ia teringat dengan sebuah kesalahan yang membuat mereka jadi jauh. Kesalahan yang membuatnya dengan Alvin susah untuk bersatu.

Dia lalu mengambil tasnya dan segera keluar dari Cafe Shelterd Wich.

Dari dalam Cafe, terlihat Alvin yang terus memandang punggungnya sampai sang pemilik punggung menghilang.

Rio bingung dengan kejadian Tatap-tatapan ini. Sedari tadi dia bertanya namun tak mendapat jawaban dari si sumber.

“Yo.. Dia wanita yang membuat aku tak bisa berhubungan dengan wanita lain. Karena dari dulu sampai sekarang.. aku sangat mencintainya..”
***
Sivia mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan. Nama Alvin terus mendominasi pikirannya yang membuatnya tak berkonsentrasi saat menyetir.

Kemudian, muncul satu nama di pikirannya.

Oik..

Gadis kecilnya yang selalu mewarnai harinya. Senyuman gadis kecilnya sangat mirip dengan senyuman Alvin. Matanya dan cara menatap orang lain itu sama.

“Vin.. Dia sudah menjadi seorang remaja. Dia mempunyai senyum dan mata yang sama dengan kamu. Tetapi, dia tak sehat Vin.. Maafkan aku” Ujar Sivia sambil menyeka Air matanya.

Dia kemudian kembali fokus untuk menyetir.
Potongan lagu Bad Day membahana di Mobil Sivia. Dia berusaha untuk tak memperdulikannya. Namun, karena lagu itu mengganggunya, dia pun mengambil Hpnya dari dalam tasnya.

Oik calling..

Segera ia memencet tombol hijau untuk menerima panggilan Oik.
“Halo Bun!” ujar Oik riang.


Sivia tersenyum. Walaupun ia tau, Oik tak akan melihat senyumannya.
“Ada apa Ik?” tanyanya.
Oik terkekeh “Ada Acha nih Bun! Ganggu aku aja”

Sivia tertawa “Udah datang toh dia. Jadi dia pindah ke sini?” tanyanya.
“Kayaknya iya deh Bun. Buktinya tuh dia bawa koper ampe 4 biji! Bayangkan deh Bun!” ujar Oik terlalu mendramatisir.

Tawa Sivia semakin keras mendengar perkataan Oik.

“Kok ketawa Bun?” tanya Oik heran.

“Kamu terlalu mendramatisir sayang” aku Sivia yang membuat Oik menyengir.

“Eh, Bunda lagi nyetir nih. Nanti aja ya dilanjut ngomongnya”

“Tapi langsung kerumah kan Bun?” tanya Oik

“Iya sayang” jawaban Sivia membuat Oik bersorak riang.

“Jangan lupa bawa Hot Chocolate ya Bun! Gak pake gula pastinya!” ujar Oik yang membuat Sivia geleng-geleng kepala.

“Yah..Bunda udah jauh dari Cafe Shelterd. Kapan-kapan aja ya?” tanya Sivia hati-hati.

“Yaah, yang penting Bunda hati-hati ya? Assalamualaikum”

“Wa alaikumsalam” jawab Sivia.

Sivia lalu kembali teringat dengan kejadian di Cafe.

“Maafin Bunda Ik. Bunda takut kalau Alvin masih ada di Cafe Shelterd” lirihnya.
***
Acha, Larissah Safanah Arif. Sepupu sekaligus sahabat Oik yang sebelumnya tinggal di Jakarta. Dia memutuskan untuk pindah ke Malang karena Perceraian orangtuanya. Dia tak mau memilih salah satu dari mereka dan malah memilih tinggal di rumah Oik.

Sivia dan Oik sih senang-senang saja kalau Acha mau tinggal di rumahnya. Cuma, harus ada izin dari orangtua Acha tentunya.

Setelah mendapat izin dari orangtuanya, Acha pun bergegas membereskan barangnya untuk dibawa ke Malang.
Baju, sepatu, bahkan barang-barang pajangan kamarnya dia bawah. 4 koper itulah yang mewakili semua barang bawaannya.


Oik hanya geleng-geleng kepala melihat barang bawaan sepupunya.
“Cha, Aku punya saran nih! Nape gak sekalian kamu bawa rumah kamu kesini? Biar gampang gitu!” canda Oik yang disambut kekehan dari Acha.

“Gak senang nih aku ada disini? Oke, aku pulang ke Jakarta lagi ah!” Ujar Acha yang pura-pura ngambek.
“Alhamdulillah. Pulang gih” sahut Oik yang mendapat pukulan pelan dari Acha.

“Cak! Capek nih! Aku mau istirahat. Kamarku dimana?” tanya Acha.

“Kok jadi ‘Cak’ namaku kan ‘Oik’” ujar Oik polos.

“kan Cakka pacar kamu hehe” cengir Acha.

Oik membulatkan mulutnya “Istirahat dikamar aku aja dulu. Nanti biar Bunda sama Bibi yang ngeberesin barang kamu”
Acha terkekeh “Wah, udah numpang, ngerepotin lagi!”

Oik mencibir “Emang kamu tuh!”


Mereka lalu tertawa.
“Eh, kamu udah makan?” tanya Oik.

Acha menggelengkan kepalanya.

“Mau makan apa?” tanya Oik lagi.

“Terserah” Acha lalu berdiri dan berjalan menuju kamar Oik. Sedangkan Oik malah ke dapur. Dia pun menyuruh Bibi untuk membuatkan makanan untuk Acha, Sivia, dan tentunya untuk dirinya sendiri.
***
Petikan gitar dikamar Cakka berhenti terpetik. Cakka yang sedari tadi memainkannya mulai kelelahan.
Biasanya dia bermain gitar karena hobi, tapi kali ini beda. Dia bermain untuk menghilangkan kepenatannya.
Diletakannya gitar kesayangannya di tempat biasanya. Lalu dia mengambil Hpnya yang berada di Meja belajar.
Ada satu MMS dari Oik. Kemudian dia membuka MMS itu.

Foto Oik yang sangat imut. Dengan kedua tangannya yang terpautkan di depan wajahnya membuat foto itu semakin lucu. Dibawah nya terdapat sebuah tulisan yang semakin membuat Cakka tertawa.

‘Maafin Eneng ya Kang Mas. Eneng janji bakal ceritain semuanya’
Cakka tertawa. Oik memang paling bisa membuatnya tertawa. Tingkah konyol pacarnya ini biasanya membuatnya bingung. Kok aku bisa jatuh cinta sama orang seperti Oik? Pikirnya.

Dia pun memutuskan untuk menelpon Oik. Dia ingin meminta maaf atas semua tingkah kekanak-kanakannya.
Namun, Oik tak mengangkat telponnya. Membuatnya agak kecewa.

Tapi, Cakka tak menyerah. Dia lalu mengirimkan sebuah MMS dengan fotonya yang lagi tersenyum sambil memegang setangkai bunga. Dan tak lupa, ia menyertai Foto itu dengan tulisan.

‘bunga ini mewakili permintaan Akang Neng! Hehe’

Pesan terkirim! Cakka pun memutuskan untuk tidur. Tak lupa ia memohon kepada Tuhan.


“Moga aja aku mimpiin Oik” ujarnya diiringi cengiran dari dirinya sendiri.
***
Suasana menjadi sunyi saat Oik melontarkan pernyataan yang membuat Sivia tak bisa berkata-kata.

“Alvin Jonathan Ramadhana itu Ayahku kan Bun?” tanya Oik. Sivia kaget akan pertanyaan.

“Aku tau kok dari cara Bunda mandang dia kalau pak Alvin sedang konser” Sivia tetap diam. Berusaha menetralisir semua perkataan Oik.

“Aku gak peduli dia mau akuin aku atau gak. Aku Cuma mau tau. Dia Ayahku atau bukan?”

Oik tersenyum “Aku ngantuk Bun..” dia lalu berdiri “Aku gak mau ada kebohongan Bun. Besok kita lanjut bicaranya..”

Sivia tetap diam.
***
Maaf ya kalau kacau ^^ mohon kritik dan saran ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar